Desa Ngajaran terletak di
ujung selatan Kecamatan Sale Rembang berbatasan dengan wilayah Kabupaten Blora. Jarak
dari pusat kota Sale ke Desa Ngajaran kurang lebih 8 Km. Jalur utama dari
Sale-Ngajaran berupa jalan buntu artinya sesampai di Desa Ngajaran tak ada
jalur lanjutan menuju desa lain kecuali jalan setapak didalam hutan.
Desa Ngajaran terbagi dalam dua
koloni pemukiman. Sebelah utara dikenal dengan dukuh Kaliprak. Dukuh Kaliprak
adalah rintisan koloni baru dari desa inti. Dukuh ini bersinggungan dengan desa
Mrayun. Secara geografis dukuh Kaliprak terletak di daerah lembah. Adapun wilayah
induk desa (krajan) bernama Ngajaran berada di sebelah selatan dukuh Kaliprak.
Ngajaran secara geografis terletak di daerah perbukitan. Jarak dukuh Kaliprak
dengan Ngajaran kurang lebih 3 Km terpisah oleh hamparan persawahan.
Jalan menuju Ngajaran
Letaknya yang berada di lereng
bukit dan terpencil membuat desa Ngajaran terlihat unik. Sebelum masuk pemukiman
desa kita disuguhi hamparan sawah yang subur mengapit jalan desa. Selanjutnya kita
melewati jalur naik yang diapit tebing batu kapur. Tebing batu kapur di kedua
sisi jalan di tumbuhi rerimbunan tanaman perdu dan pohon besar. Saat melintasi
ruas jalan ini langsung terasa udara sejuk dengan aroma khas hutan.
Saat sampai di pemukiman ada
pemandangan yang menarik . Perumahan yang sederhana tersusun berundak dari
lereng yang rendah ke lereng yang tinggi. Di sana-sini tampak menyebul dari
permukaan tanah sebagian permukaan bongkahan batu kapur besar. Desa dengan
sebagian besar masyarakatnya hidup bertani ini dikelilingi oleh rerimbunan hutan
jati.
Saat datang ke desa ini mungkin
kita berpikir betapa sulitnya penduduk Desa Ngajaran harus membuat sumur mengingat tanah yang dipenuhi batu kapur. Tetapi ternyata untuk urusan air desa ini tergolong mudah. Di desa ini
ada dua sendang yang bisa memenuhi kebutuhan air seluruh warga. Dari kedua sendang inilah
penduduk memasang jaringan pipa menuju
rumah dan tempat ibadah.
Makam Ajar Wajib (punden)
Seperti desa-desa tradisonal
lainya desa Ngajaran memiliki tradisi sedekah bumi. Tradisi sedekah bumi diselenggarakan sebagai bentuk rasa syukur, bersedekah
dan sebagai vestival pengikat persaudaraan antar warga. Sedekah bumi umumnya
diselenggarakan usai panen raya. Hari penyelenggaraan sedekah bumi di Desa
Ngajaran adalah Ngaat Legi (Minggu Legi). Hiburan yang ditampilkan berupa seni
tayub dengan lokasi di sendang desa sebelah selatan.
Prajurit Sambernyawa
Mungkin terbesit beragam pertanyaan
dibenak kita saat berada di desa Ngajaran. Bagaimana tidak, desa ini
tersembunyi diantara puncak bukit, dikepung hutan jati dengan struktu tanah
berbatu. Pada jaman dahulu tentu sangatlah sulit akses menuju ke desa Ngajaran. Pertanyaan yang munculadalah bagaimana sejarah berdirinya desa Ngajaran? Alasan apa yang
menjadikan orang bermukim di wilayah yang dikemudian hari dikenal dengan nama desa
Ngajaran ini?
Penulis mencoba mencari tahu
siapa warga desa Ngajaran yang bisa dijadikan narasumber. Beberapa orang yang penulis
temui menyarankan untuk menemui orang yang bernama mbah Renu. Dari mbah Renu
saya mendapat cerita yang selama ini di yakini sebagai asal-usul desa Ngajaran.
Pendiri desa ngajaran adalah dua
orang dari Sala. Dua orang tadi yang satu bernama Ajar Wajib sedang yang lainya
adalah pendamping Ajar Wajib yang tidak diketahui namanya. Mereka berdua
diceritakan sebagai tokoh penentang pemerintah kolonial Belanda. Ajar Wajib
memilih tempat agak tersembunyi untuk menghindari kejaran musuh sekaligus
membangun kekuatan perlawanan.
Ajar adalah sebutan untuk orang linuwih
yang punya padepokan atau sanggar. Ajar mengajarkan banyak hal kepada murid
(cantrik ; Jawa). Ilmu yang diajarkan Oleh seorang ajar diantaranya kanuragan,
beladiri, kebatinan, pengobatan dan perhitungan hari baik untuk suatu urusan.
Ajar Wajib diceritakan memiliki berbagai ilmu kanuragan dan kebatinan sehingga
banyak orang berguru kepadanya.
Ajar Wajib dikenal punya
kemampuan merundukkan pohon kelapa sehingga untuk memetik buah kelapa tidak
perlu memanjat batang pohonnya. Ajar Wajib sering membawa ikan dari pesisir
pantai utara dalam keadaan hidup saat sampai di Desa Ngajaran, padahal jarak
pantai utara dan Ngajaran cukup jauh. Praktisi pathol (kopetisi sumo gaya
pesisir) dari Lasem dan Kragan banyak yang berguru pada Ajar Wajib untuk
memperoleh kemampuan lebih(sakti). Diceritakan bupati Tuban, Rembang dan Blora
menjalin hubungan baik dengan Ajar Wajib.
Seiring berjalannya waktu
wilayah terpencil yang dihuni Ajar Wajib menjadi ramai oleh pemukim baru. Daerah
pemukiman ini kemudian dinamai Ngajaran. Menurut Versi mbah Renu nama ngajaran ini
berasal dari kata ngajari jaran (Melatih kuda). Setelah meninggal jasad Ajar Wajib dimakamkan di selatan desa
dan dijadikan punden.
Menurut penulis kemungkinan Ajar
Wajib adalah pengikut Pangeran Sambernyawa dari Kartasura. Ajar wajib menetap
di daerah tersembunyi yang di kemudian hari dikenal dengan nama Ngajaran adalah untuk terus
menyusun kekuatan mendukung perjuangan Pangeran Sambernyawa. Desa Ngajaran
dekat dengan puncak bukit Surak (Gunung Surak). Bukit surak adalah tempat
berkumpulnya pejuang anti Kolonial Belanda dimana di bukit ini sering terdengar
suara sorak sorai prajurit. Jika pendapat penulis benar maka Ajar Wajib saat
mukim di Ngajaran sekitar tahun 1750-an Masehi.
Gerbang ke sendang dan tempat pentas tayub desa Ngajaran
Sejarah mencatat Pangeran
Sambernyawa dalam menjalankan perang gerilya pernah bersembunyi di hutan sitakepyak
perbatasan Rembang Blora. Mengetahui persembunyian Pangeran Sambernyawa Kumpeni
Belanda mengirim pasukan ke perbatasan Rembang Blora. Dalam peperangan itu pasukan detachementh
kolonial Belanda yang dipimpin oleh Kapten Van der Pol dan Kapten Beiman dengan
dibantu pasukan mataram mengalami kekalahan. Bahkan Pangeran Sambernyawa berhasil memenggal
kepala Kapten Van der Pol dalam pertempuran tersebut. Perjuangan Sambernyawa terjadi di seputaran tahun 1750-an Masehi.
Menurut penulis nama Ngajaran
bukan berasal dari ngajari jaran seperti keprcayaan sebagian warga Ngajaran.
Nama Ngajaran berasal dari kata Ajar yang merujuk pada nama pendiri desa yaitu Ajar
Wajib. Ngajaran menunjukkan tempat mukim Ajar Wajib. Sebagai pembanding adalah tempat
mukim Pakualam disebut Pakualaman. Tempat mukim Notoprojo disebut Notoprajan. Perumahan pejabat matri disebut kemantren. Tempat mukim pejabat sinder disebut sinderan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar