Laman

Jumat, 14 Oktober 2016

Mengintip Dunia Batin Wong Jawa

Untuk mencermati dunia batin orang Jawa kita bisa lakukan dengan cara mengupas produk budaya masyarakat Jawa itu sendiri. Dengan kata lain produk budaya orang Jawa dapat dipakai sebagai benang merah untuk mengurai wujud dunia batin masyarakat Jawa. Produk  budaya yang sering dianggap cukup mewakili wujud dunia batin orang Jawa adalah tokoh pewayangan yang bernama Semar.

Sumastuti Sumukti dalam bukunya Semar dunia batin orang Jawa menganggap semua yang kasat mata pada paraga Semar adalah simbol batin orang Jawa. Artinya puncak kesadaran nilai dan kearifan yang secara kolektif dipegang oleh orang Jawa disimbolkan dalam gambaran tokoh Semar.


Mengapa puncak kesadaran budi orang Jawa disajikan dalam gambar tokoh Semar dan sedikit dalam bentuk literasi? Mungkin orang Jawa merasa simbol visual lebih bisa mewakili ketakterhinggaan eksplorasi arti/makna dibanding literasi. Faktanya simbol visual itu kadang bisa mewkili makna yang tak bisa diuraikan dan diwakili oleh kata-kata.

                                             
Semar dan pitutur Jawa

Filsafat Paradoks dan Pitutur

Visual tokoh semar penuh dengan paradoks, ambigu bahkan mungkin kontradiksi. Semar adalah laki-laki tetapi ia digambarkan punya payudara yang besar seperti wanita. Semar digambarkan berdiri tetapi sekilas seperti sedang duduk. Mulut semar tersenyum tetapi mata semar seperti menangis. Semar adalah dewa tetapi di alam dunia status sosialnya adalah kawula/hamba.

Gambaran semacam diatas menunjukkan kalau orang Jawa memandang dunia ini pada dasarnya penuh dengan paradoks, ambigu dan kontradiksi. Manusia menghamba Tuhan tetapi saat membangun tempat ibadah dan menjalankan ibadah manusia membuat banyak kerusakan alam ciptaan Tuhan. Manusia menciptakan teknologi yang menunjang kehidupan tetapi di sisi lain efek teknologi berpotensi menjadi sebuah bencana bagi kehidupan. Manusia butuh keturunan untuk kelangsungan hidup tetapi ledakkan populasi manusia adalah bom waktu bencana yang tak terhindarkan.

Karena orang Jawa menganggap dunia ini penuh paradoks dan ambigu maka Semar digambarkan tidak adigang adigung dalam menyampaikan kebaiakan. Tangan Semar digambarkan menunjuk kebawah sebagai simbol memberi pitutur (nasehat) dengan penuh arif dan toleran dalam menyampaikan kebenaran. Semar menasehati tidak menghakimi. Semar ngemong bukan mendoktrin. Semar mengajak pada kebaikan bukan membinasakan keburukan demi tegaknya kebaikan.



Masyarakat Jawa  memiliki banyak pitutur  yang juga merupakan refleksi dunia batin orang Jawa. Dan Semar selalu dilekatkan dengan pitutur-pitutur itu. Hal ini semakin memperjelas bahwa Semar itulah simbol yang mewakili kesadaran budi dan kearifan manusia Jawa. Pitutur itu diantaranya : Ojo dumeh; Eling lan waspadha; Urip samadya; Dadiya wong sing bisa rumangsa dudu sing rumangsa bisa; Sapa nandur bakale ngunduh; Becik ketitik ala ketara; Menang tanpa ngasorake dan Eling marang sangkan paraning dumadi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar