Memang sudah menjadi tradisi. Di setiap bulan Agustus
kita merayakan saat yang bersejarah dimana bangsa ini memproklamirkan diri
sebagai bangsa yang merdeka. Berbagai kegiatan yang membangkitkan suasana suka
cita, kehangatan dan kebersamaan digelar. Berbagai acara yang membangkitkan
jiwa heroik diselenggarakan.
Tapi masih pantaskah semua itu kita
lakukan di saat sekarang ini, sementara masih ada saudara kita yang merasakan
ketakutan dibawah pedang Abu Sayyaf? Masih pantaskah semua itu kita lakukan,
sementara masih ada saudara kita dibawah ancaman kematian oleh kelompok Abu
Sayyaf? Masih pantaskah ....?
Haruskah kegembiraan Agustus melenakan
kewaspadaan kita? Bukankah masih banyak sekelompok orang yang saling menciderai
karena perbedaan suku? Bukankah masih banyak sekelompok orang saling menyakiti
karena perbedaan keyakinan? Bukankah masih banyak orang yang beragama bukan untuk
menjujung kemuliaan melainkan beragama untuk menghalalkan keculasan?
Kemuliaan Itu Bernama “Merdeka”
Merdeka itu .....
Memuliakan akal budi dengan
belajar
Seperti Kartini
yang tabah melewati jerat rintangan tradisi
yang teguh merawat dan
mewujudkan mimpi
untuk sekolah demi menuju
jalan terang peradaban
Merdeka itu....
Membebaskan diri dari kuasa tirani
Seperti api semangat Soekarno
yang melawan keangkuhan dan ketidakadilan
penjajah
Seperti api semangat Soekarno
yang menggugat segala bentuk penistaan
martabat bangsa
untuk menuju gerbang kemuliaan Negeri
Merdeka itu .....
Memuliakan gairah impian
seperti derasnya semangat Chairil
Anwar
yang penuh optimis menyuarakan
hasrat
dalam untaian kata yang
menyihir
“dan aku ingin hidup seribu
tahun lagi”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar